Peribahasa itu cocok dengan apa yang dialami oleh orang Farisi dan para ahli Taurat. Semula mereka bermaksud untuk mempermalukan Yesus, tetapi ternyata mereka sendiri yang mendapat malu. Ketika itu terjadi suatu peristiwa penangkapan seorang perempuan yang berbuat zinah. Mereka menangkap dan menggiring perempuan itu ke hadapan Yesus, lalu bertanya, “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika sedang berbuat zinah. Dalam hukum Taurat Musa diperintahkan agar kita melempari perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”
Dengan pertanyaan ini mereka ingin menjebak Yesus dengan jawaban-Nya. Menurut pemikiran mereka hanya ada dua kemungkinan jawaban Yesus, menyetujui perempuan ini dihukum atau membebaskannya. Kalau Yesus setuju untuk menghukum perempuan ini, mereka akan mempersoalkan kasih dan keberpihakan Yesus terhadap orang-orang yang lemah. Kalau Yesus membebaskan perempuan ini, maka Yesus akan dianggap melanggar hukum Taurat.
Ternyata jawaban Yesus diluar perkiraan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Yesus justru mengatakan "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu". Jawaban Yesus menyadarkan bahwa mereka sama-sama berdosa seperti perempuan ini. Sehingga satu persatu mereka pulang sampai hanya perempuan ini dan Yesus yang tinggal.
Sebagai orang percaya, kadang kita juga masih suka mencari-cari kesalahan orang lain, seperti yang dilakukan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Melalui peristiwa ini kita diingatkan untuk jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain, karena tidak satupun di antara kita yang tidak pernah berbuat dosa, tapi sapalah saudara kita yang melakukan kesalahan dengan kasih yang memulihkan dan membawa pertobatan, yaitu kasih dari Yesus Kristus.
“Kasih membawa pertobatan bukan penghukuman.” (Robert N. Kindangen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar