Pemberian nama jalan itu mengundang pertanyaan karena bukan
usulan dari masyarakat sebagai bentuk penghormatan kepada sang bupati. Menurut
salah seorang anggota DPRD Kabupaten Mojokerto, pemberian nama jalan dengan nama bupati tersebut sarat dengan muatan politik menyongsong
Pemilihan Bupati. Nuansanya, kepala
daerah itu menobatkan dirinya
sebagai sosok terpandang sehingga
namanya layak dijadikan nama jalan.
Manusia pada dasarnya ingin dihormati, berbagai macam cara
dilakukan untuk mendapatkan pengakuan sebagai orang terhormat. Seperti dalam sebuah pesta pernikahan yang
dihadiri Yesus. Yesus memperhatikan di antara tamu-tamu yang datang di pesta perkawinan berusaha menduduki tempat-tempat
kehormatan (ay.7). Tamu-tamu tersebut berusaha duduk di tempat kehormatan
karena menilai dirinya terhormat. Padahal penilaian terhormat atau tidaknya
seseorang bukan dinilai oleh diri sendiri tetapi oleh orang lain. Itulah
sebabnya Yesus mengatakan kalau diundang ke pesta perkawinan jangan duduk di
tempat kehormatan , tetapi di tempat yang paling rendah mungkin tuan rumah akan
datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan
demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain
(ay.10).
Melalui perumpamaan ini, Yesus mau mengajarkan sikap hidup
orang percaya, yaitu rendah hati dan mempunyai kualitas hidup seperti yang
Tuhan harapkan, yaitu mengasihi Tuhan, mengasihi sesama, memberi pengaruh baik pada
orang-orang disekitar kita, tulus, tanpa mengharapkan penghormatan.
“Terhormat merupakan penilaian orang lain atas baiknya
kualitas hidup seseorang, dan bukan karena penilaian diri sendiri.” (Robert N. Kindangen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar