Di sebuah sudut jalan kompleks perumahan di daerah Bekasi Utara, ada rumah
besar setengah jadi, rumah yang
direncanakan akan dibangun megah tapi bertahun-tahun tidak pernah selesai pembangunannya,
sehingga menjadi bangunan yang tidak terawat. Bahkan ada tulisan DIJUAL di depan
rumah setengah jadi itu. Rumah ini hanya setengah jadi karena dibangun tanpa perhitungan matang.

Perhitungan matang tidak hanya diharuskan dalam membangun
bangunan fisik, tapi juga menjadi murid Tuhan Yesus. Melalui perumpamaan
mendirikan menara (ay.28-30) dan raja yang maju berperang (ay.31-32), Tuhan
Yesus mengingatkan agar yang direncanakan berhasil, sebelumnya harus
diperhitungkan dengan matang, jika tidak hasilnya mengecewakan dan membuat
malu. Mengikut Tuhan Yesus tidak boleh setengah-setengah, harus sepenuh hati,
karena murid Tuhan Yesus lekat dengan kesulitan dan tantangan, kasih dan
kesetiaaan kepada Yesus harus lebih besar daripada kepada keluarga kita sendiri
(ay.26), ada salib yang harus dipikul (ay.27), dan mau melepaskan diri dari
keterikatan terhadap segala milik kita (ay.33), kesungguhan hati adalah syarat
mutlak menjadi murid Tuhan Yesus.
Perhitungan yang tidak matang hanya akan membuat kita
menjadi murid setengah jadi, yang hanya akan mempermalukan Tuhan Yesus dan diri
sendiri. Tanpa kesungguhan hati, ibarat garam yang tidak asin, kehilangan
fungsinya, tidak berguna. Menjadi murid Tuhan yang setengah jadi sama saja
dengan tidak berfungsi apa-apa. Tidak ada gunanya selain dibuang! (ay.34-35). (Robert N. Kindangen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar