Jumat, 27 Mei 2016

1 Tesalonika 2:13-20 “Alasan Bersukacita”

Hari itu, seorang bapak tukang becak mengayuh becaknya dengan muka bersukacita, tak henti-hentinya dia tersenyum mengantar dengan becaknya seorang gadis yang berpakaian rapi dan mengenakan toga wisuda. Bapak tukang becak itu bernama Mulyono, dan gadis yang akan diwisuda itu adalah Raeni putrinya.
Membiayai kuliah Raeni putrinya bukan hal yang mudah bagi Mulyono. Namun tekad untuk menyekolahkan anaknya di Universitas membuat Mulyono berkorban. Dia mengambil keputusan untuk pensiun dini dari perusahaan kayu lapis tempatnya bekerja, demi mendapatkan pesangon untuk biaya kuliah putrinya. Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari Mugiyono memutuskan untuk menarik becak, dan menyambi sebagai penjaga sekolah.
Pengorbanan Mulyono berbuah manis, pada 10 Juni 2014, Raeni Putrinya lulus dan ditetapkan sebagai wisudawati terbaik Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96. Keberhasilan studi putrinya menjadi alasan bagi Mulyono untuk bangga dan bersukacita.

Bagi rasul Paulus, alasannya untuk  bersukacita adalah karena orang-orang Tesalonika yang dilayaninya melalui pemberitaan Injil memberi respon dengan percaya kepada Firman Allah, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi sungguh-sungguh sebagai firman Allah, firman itu bekerja sehingga jemaat bertumbuh dalam iman (ay.13), mereka bukan sekedar percaya tapi menjadi pelaku Firman yang sungguh-sungguh. Mereka juga menunjukkan kesetiaan ditengah-tengah penderitaan, penganiayaan (ay.14) yang mereka alami. Mereka menunjukkan cara hidup orang percaya  kepada Yesus Kristus.
Paulus tidak bersukacita karena penderitaan yang mereka alami, melainkan bersukacita karena akan kualitas iman mereka. Penderitaan yang mereka tanggung memperlihatkan kesungguhan iman mereka dalam Yesus Kristus. Penderitaan mereka hanya sementara yang akan digantikan dengan kemuliaan kekal yang Tuhan Yesus sediakan.

Apakah alasan kita bersukacita, apakah karena karena mempunyai harta, jabatan, status sosial, pendidikan, penampilan fisik yang menarik, rasa aman, atau hal-hal lain yang menguntungkan atau menyenangkan kita?
Rasul Paulus memiliki alasan yang bernilai kekal, yaitu sukacita karena mewartakan Injil dan melihat perwartaan Injil itu berbuah melalui pertumbuhan iman, dan kesetiaan yang ditunjukkan oleh jemaat yang mereka layani.
Sebagai orang percaya, kita juga mempunyai tugas pelayanan yang Tuhan percayakan, marilah melayani dan kita akan bersukacita didalam Tuhan. (Robert N. Kindangen)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya juga ingin sekali agar bisa sll beraukacita walaupun didalam penderitaan.