Rabu, 08 Juni 2016

Matius 15:1-20 “‬Kristen & Adat Istiadat”

pingusenglishbintaro.wordpress.com
Sebagai orang Indonesia, kita hidup dan berada di lingkungan berbagai budaya etnik dari Sabang hingga ke Merauke. Budaya atau adat-istiadat itu mewarnai, bahkan mengendalikan sikap hidup keseharian kita sejak di dalam kandungan, peristiwa kelahiran, pernikahan,  sampai ajal menjemput.  Adat-istiadat warisan nenek moyang kita itu pada hakikatnya berisikan fatwa bagaimana berperilaku santun,  beretika terpuji, dan saling menghargai.
Perihal  bagaimana menjadi manusia yang saling mengasihi seperti tercermin di dalam tradisi atau adat-istiadat  juga mewarnai kehidupan orang Kristen. Itulah sebabnya, di berbagai wilayah di Indonesia lahir dan bertumbuh gereja yang berlatar etnik, misalnya   GKJ (Jawa), HKBP (Batak), GBKP (Karo),  GMIST (Sangir), GPM (Maluku), dan GKPS (Simalungun). Dalam konteks itu mitologi kedaerahan diadaptasi dan ditapis demikian rupa untuk kemuliaan Tuhan. Tentu saja aspek budaya yang tidak sejalan dengan panggilan Gereja harus kita tinggalkan. Kehadiran  Yesus Kristus di dunia ini hendaknya kita imani suatu keniscayaan yang membawa kita   ke dalam hidup baru dan  sejahtera.

Dalam bacaan kita dikatakan  orang-orang Farisi dan  ahli Taurat mempersoalkan murid-murid Yesus melanggar adat-istiadat karena tidak membasuh tangan sebelum makan (ay.1, 2). Mereka menuduhnya  tidak lagi menaati adat kebiasaan yang diwariskan oleh leluhurnya. Yesus mengingatkan mereka bahwa ketaatan terhadap perintah Allah harus di atas ketaatan terhadap tradisi atau adat-istiadat. (ay.3-9). Bagi Yesus, semua boleh dilakukan asalkan untuk kebesaran nama Tuhan!‬

Warga jemaat  GKP kaya akan keberagaman. Ada yang berasal dari etnik Jawa, Sunda, Batak, Minahasa, Maluku, Toraja, NTT, Tionghoa, Bali, Papua, dan suku-suku lain, yang masing-masing punya karakter dan gaya hidup bawaan sendiri. Itulah persekutuan kita bagaikan mozaik atau taman bunga  warna-warni yang  menyejukkan mata. Sama halnya dengan tradisi dan kearifan lokal Nusantara, hendaknya kita berdayakan untuk memperkaya penghayatan iman kristiani. Syaratnya,  Firman Tuhan yang menjadi filter atau penyaringnya! (Robert N. Kindangen)

Tidak ada komentar: