
Pamannya mengatakan bahwa peristiwa tersebut bukanlah mujizat melainkan peristiwa alam biasa. Karena pada saat itu diperkirakan terjadi gerhana bulan sehingga menimbulkan daya gravitasi yang menarik sebagian air lautan ke tempat yang lebih dalam. Akibatnya ketinggian air laut Taberau saat itu hanya sebatas mata kaki manusia. Musa telah membodohi umat Israel dengan mengatakan bahwa kejadian itu adalah Mujizat dari Tuhan.”
Mendengar penjelasan pamannya, anak kecil ini berteriak dengan suara nyaring. “Haleluya…Puji Tuhan…!”
Pamannya heran dan bertanya, “kenapa kamu bilang Haleluya…Puji Tuhan…!”
Jawab anak itu “kalau apa yang paman katakan benar justru membuat kisah Mujizat dalam kitab kejadian itu makin luar biasa, karena ribuan pasukan Mesir bisa mati tenggelam hanya di air yang sedalam mata kaki manusia.
Pamannya terdiam.
Kisah Para Rasul 26:24-32, menceritakan Paulus yang saat itu berstatus tahanan, tidak gentar mewartakan Injil kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan dan kedudukan yang tinggi, diantaranya Festus gubernur Yudea, Raja Agripa, dan Bernike anak perempuan raja Agripa.
Festus yang menjabat sebagai gubernur Yudea yang mengakui bahwa Paulus punya pengetahuan yang banyak. Mendengar penjelasan Paulus, Festus menganggap Paulus gila (Ay. 24). Paulus menjawab bahwa dirinya tidak gila karena ia mengatakan kebenaran dengan pikiran yang
sehat (Ay. 25). Paulus tidak sedang mengarang cerita, melainkan kebenaran yang diketahui oleh banyak orang termasuk, karena semua itu tidak terjadi di tempat terpencil (ay.26)
Terhadap Raja Agripa, Paulus meyakini raja Agripa percaya apa yang diwartakannya, dengan secara langsung bertanya “percayakah engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka. Jawab Agripa: "Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!" (ay.27-28)
Jawaban raja Agripa ditanggapi Paulus dengan sukacita (28-29). Ia melihat bahwa Injil yang diberitakan sudah mulai diterima. Paulus tidak mau melepaskan begitu saja, melainkan mendoakan kepada Allah, agar yang mendengarkan Injil yang diwartakan oleh Paulus menjadi percaya sama seperti Paulus (ay.29) dan akhirnya menerima keselamatan.
Paulus menunjukkan Tuhan keberanian mewartakan kebenaran Injil terhadap siapapun bahkan terhadap gubernur dan raja sekalipun. Itu semua bukan karena kehebatan dan kepintaran Paulus, melainkan karena Tuhan yang memperlengkapi Paulus.
Demikian juga dengan kita sebagai orang Kristen, jangan pernah merasa rendah diri, jangan takut dan gentar berbicara mengenai kebenaran terhadap siapapun. Berdoa minta hikmat dari Tuhan yang akan memperlengkapi kita untukmenyampaikan kebenaran. (Robert N. Kindangen)