Sabtu, 09 Juli 2016

Matius 12:33-37 “Hate Speech”

Surat edaran Nomor SE/06/X/2015 tertanggal 8 Oktober 2015 yang mengatur tentang ‘hate speech’, atau ujaran kebencian, sudah diedarkan oleh Kepala Polisi RI. Ujaran kebencian adalah tindak pidana yang berbentuk, penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut, penyebaran berita bohong, dan semua tindakan di atas memiliki tujuan atau bisa berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan atau konflik sosial. Aspeknya meliputi suku, agama, aliran keagamaan, keyakinan dan kepercayaan, ras, antar golongan, warna kulit, etnis, gender, kaum difabel, dan orientasi seksual.
Ujaran kebencian dapat melalui media kegiatan kampanye, spanduk atau banner, jejaring media sosial, penyampaian pendapat di muka umum atau demonstrasi, ceramah keagamaan, media massa cetak maupun elektronik, dan pamflet.
Sekalipun mempunyai sangsi hukum, ujaran kebencian tidak mudah untuk dihentikan. Surat edaran ini hanya bisa menangani puncak dari masalah, bukan akar masalahnya, yaitu hati yang penuh kebencian. Jika kebencian dihati bisa dihilangkan, maka hilang pula ujaran kebencian.

Orang Farisi dalam bagian Alkitab ini melakukan ujaran kebencian kepada Yesus. Dengan keras Yesus mengecam mereka bahwa kebencian yang terucap asalnya dalam hati mereka. Hati yang baik akan menghasilkan perkataan yang baik, sebaliknya hati yang tidak baik akan menghasilkan perkataan yang tidak baik.
ilustrasi pohon dan buahnya menggambarkan bagaimana perkataan orang Farisi telah menyatakan siapa diri mereka sesungguhnya, yaitu hatinya dikuasai kejahatan.
Sebaliknya bila Tuhan yang berkuasa di dalam hati seseorang, maka perkataan yang keluar adalah yang baik.
Tuhan Yesus juga mengingatkan setiap kata-kata yang disampaikan akan dipertanggungjawabkan nanti, perkataan yang baik akan membuat seseorang dibenarkan, sebaliknya perkataan yang tidak baik akan membuat seseorang dihukum.

Kecaman Yesus ini juga menjadi peringatan bagi kita sebagai orang Kristen. Apa yang kita katakan akan menggambarkan siapa kita sebenarnya. Siapakah kita ini? Bukankah kita adalah pengikut Kristus, anak-anak Allah, karena itu perkataan kita harus mencerminkan Kristus. Setiap perkataan kita baik secara lisan termasuk percakapan di media sosial adalah kata-kata yang menguatkan, membawa kebaikan, memberitakan kabar baik, dan yang membuat kita dibenarkan. (Robert N. Kindangen)

Tidak ada komentar: