
Para binatang buas itu saling bertanya, "bukankah kelelawar itu termasuk burung yang bertempur melawan kita?"
Kelelawar pun berkata, "Oh, tidak. Aku termasuk bangsa kalian. Aku bukan bangsa burung. Apa kalian pernah melihat burung bergigi ganda? Kalian bisa periksa mulut burung-burung itu, pasti tidak ada yang bergigi ganda, itu artinya aku adalah sebangsa dengan kalian, binatang buas!"
Binatang-binatang akhirnya membiarkan kelelawar ikut kelompok mereka.
Beberapa waktu kemudian, dengan kekuatan lebih besar, bangsa burung menyerbu kelompok binatang buas. Melihat kelompok binatang buas akan kalah, kelelawar ikut bergabung dengan bangsa burung.
Saat para burung melihatnya, mereka menegur kelelawar,"hai, kamu itu musuh kami. Kami melihat engkau bersama binatang buas itu dan ikut melawan kami!"
"Tidak, kalian salah lihat!" kelelawar mengelak. "Aku ini bangsa kalian. Apakah kalian pernah melihat seekor binatang buas memiliki sayap?
Burung-burung akhirnya membiarkan kelelawar ikut kelompok mereka.
Suatu saat, bangsa burung dan binatang buas berdamai. Mereka kemudian membicarakan kelelawar yang selalu berpindah-pindah pihak selama peperangan berlangsung, siasat kelelawar itu menunjukkan bahwa dia itu tidak punya pendirian. Mereka kemudian memutuskan, sejak saat itu baik bangsa burung maupun binatang buas tidak akan berteman dengan kelelawar, dan kelelawar hanya boleh terbang pada malam hari. Kelelawar pun tertunduk lesu meratapi nasibnya.
Amazia, raja Yehuda sepertinya taat terhadap Tuhan, sayangnya ketaatannya tidak penuh (ay. 25).
Pada suatu saat Amazia menaati perintah Tuhan, yaitu ketika ia menghukum mati pegawai-pegawai yang telah membunuh ayahnya. Anak-anak mereka tidak dibunuhnya, karena ia menaati perintah Tuhan "Janganlah ayah mati karena anaknya, janganlah juga anak mati karena ayahnya, melainkan setiap orang harus mati karena dosanya sendiri." (ay.4)
Namun di saat lain, Amazia memberontak kepada Tuhan dengan menyambah dewa-dewa Edom, bangsa yang telah dikalahkannya (ay. 14).
Akibatnya, Tuhan menghukum Amazia. Amazia akhirnya kalah dan mati di tangan Yoas, raja Israel yang juga merampasi kekayaan Yehuda dan bait Allah (ayat 20-24).
Melalui kisah Amazia, kita sebagai orang percaya diingatkan kita harus mempunyai ketaatan total kepada Tuhan. Tidak bisa kita taat sebagian, di saat tertentu kita hidup dalam kebenaran, tapi disaat lain kita hidup dalam dosa. Karena dosa akan merusak seluruh kehidupan kita. (Pdt. Robert N. Kindangen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar