Seperti biasanya, untuk makan malam, saya membeli makanan di warung untuk dibungkus dan dimakan di tempat kost. Sambil jalan, saya membayangkan betapa nikmatnya makan nanti, apalagi saya sedang lapar. Tidak jauh dari warung makan, saya melewati seorang nenek gelandangan yang hanya duduk diam di trotoar. Mulanya saya melewatinya, tapi tiba-tiba terbayang bagaimana seandainya nenek itu sedang kelaparan dan orang-orang lain hanya melewatinya tanpa berbuat apa-apa seperti saya. Saya merasa bersalah sehingga saya balik lagi dan memberikan uang Rp.1000 buat nenek itu. Setelah itu saya pulang dengan lega karena merasa sudah melakukan tugas sebagai orang Kristen. Sambil berjalan pulang, saya berpikir kalau nenek itu lapar, kenapa tidak saya berikan bungkusan makanan yang saya bawa? Tapi kemudian saya berargumentasi membenarkan diri, kan saya sendiri lapar? Harus diakui berat melepaskan makanan yang saya bawa.
Kisah yang sering dibaca dalam Perjanjian Baru adalah kisah tentang seorang anak yang memberikan bekal makanannya kepada Yesus (Yoh.6:1-14). Bekal makanan tentu sangat penting bagi anak itu, apalagi saat perutnya juga lapar seperti orang banyak yang ada saat itu. Memberikan bekal makanannya disaat anak itu sendiri lapar? Namun itulah yang terjadi, anak itu bersedia memberikan bekal makanannya kepada Tuhan Yesus: lima roti jelai dan dua ikan. Anak ini memberikan bekal makanannya dengan keyakinan bahwa Yesus dapat melakukan mujizat dengannya. Dan Yesus melakukannya. Dengan bekal makan anak itu, Yesus memberi makan ribuan orang yang sedang kelaparan itu.
Kita sekarang berada dalam situasi krisis ekonomi global, yang berakibat orang miskin semakin bertambah. Banyak dari sesama kita yang kekurangan. Situasi sulit ini bisa menjadikan kita beralasan bahwa wajar untuk tidak berbagi dengan sesama, karena kita pun ada kemungkinan kekurangan. Bacaan tentang anak yang memberikan berbagi makanannya sekalipun dia sendiri lapar menjadi contoh bagi kita bahwa tidak ada alasan untuk tidak berbagi dengan orang lain. Berapa banyak dari kita yang ditengah segala keterbatasan dan kekurangan rela berbagi kepada sesama? Yesus masih mencari orang biasa seperti anda dan saya, yang bersedia berbagi tanpa syarat dan diluar kebiasaan, supaya Dia dapat mengubah persembahan kita menjadi kemuliaan-Nya. Lakukan tindakan semacam itu hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar